Tuesday, July 25, 2006

Perspektif Ecowisata Kalteng

Perspektif Ecowisata Kalteng

Melalui Ekpdeisi Gabungan Mapala Se-Indonesia
oleh : Arie Rompas


Kalimantan Tengah adalah salah satu Provinsi Indonesia yang memiliki areal daratan yang luas yaitu sekitar 153 .560 Km atau 25 % dari total keseluruhan daratan di Indonesia.sedangkan kondisi tophographinya pada umumnya rendah dan datar ,namun pada bagian sebelah utara terdapat pegunungan yang membentang dari arah barat ke timur yaitu pegunungan Muller dan Schwanner .Dengan potensi wilayah yang begitu besar dan keanekaragaman budaya serta objek wisata alam yang menantang merupakan salah satu peluang yang besar untuk menjual produk jasa keparawisataan melalui pembenahan diri serta mengenalkan diri Kalteng sebagai daerah yang memiliki kebudayaan yang beraneka ragam ,flora dan fauna dan sub suku dayak yang terpencar di daerah Kalteng ,kerajinan khas kalteng serta daerah yang memiliki objek-objek wisata petualangan yang menantang.
Untuk mengoptimalkan pengelolaan parawisata perlu adanya pemasaran dan promosi baik lokal regional maupun internasional .Salah Wahab (1997;24) memberikan pengertian pemasaran parawisata sebagai berikut : Pemasaran parawisata adalah penyesuaian yang sistematis dan terkoordinasi mengenai kebijakan dalam sektor parawisata pada tingkat pemerintah,lokal ,regional,nasional ,Internasional,guna mencapai suatu titik kepuasan optimal bagi kebutuhan, kebutuhan kelompok pelanggan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, sekaligus untuk mencapai tingkat keuntungan yang memadai . Definisi tersebut selaras dengan definisi pemasaran pada umumnya, khususnya yang mengenai kepuasan konsumen sebagai sarana utama yang mengendalikan penyesuaian kebijakan badan usaha wisata maupun kebijakan pemerintah. Akan tetapi ada batasan tersebut, pemasaran parawisata harus tunduk pada ulasan ini

1. Bahwa pemasaran wisata itu tidak hanya suatu penyesuaian kebijakan yang sistematis dan terkoordinasi. Pada umumnya pemasaran wisata menyusun kebijakan-kebijakan menurut urgensi keperluan wisata.

2. Seluruh informasi dari pemasaran wisata jika di lihat dari segi organisasi parawisata nasional ,harus mengidentifikasikan pasar-pasar parawisata yang utama,yang kedua dan kapan kesempatan pemasaran produk-produk wisata daerah tujuan wisata ,bagaimana membangun satu sistem komunikasi dengan pasar-pasar, serta bagaimana memantapkan dan meningkatkan perluasan pasar-pasar bagi wisata bagi daerah tujuan wisata.

3. Bahwa pemasaran harus dianggap sebagai pusat perhatian pimpinan parawisata dalam kebijakan negara itu atau industri parawisata.

Berdasarkan batasan-batasan dan uraian di atas maka pemasaran wisatawan dapat dirumuskan sebagai berikut : Proses manajemen dimana organisasi parawisata nasional atau badan-badan usaha wisata dapat mengidentifikasikan wisata pilihanya baik yang aktual maupun potensial, dapat berkomunikasi dengan mereka untuk meyakinkan dan mempengaruhi kehendak, kebutuhan , motivasi, kesukaan dan hal yang tidak di sukai, baik pada tinggkat lokal, regional, nasional, internasional, serta merumuskan dan menyesuaikan produk wisata mereka secara tepat, dengan maksud mencapai kepuasan optimal wisatawan sehingga dengan begitu mereka dapat meraih sasaran-sasaranya. Namun dalam mengoptimalkan pengelolaan dan pemasaran tersebut kebijakan cenderung memperhatikan skala makro dari pengelolaan parawisata tersebut tanpa memperhatikan pemberdayaan masyarakat disekitar. Ambil contoh perkembangan industri parawisata di Bali yang cenderung ke arah parawisata missal (Mass tourism) tersebut, ternyata banyak menimbulkan permasalahan. masyarakat yang tidak dilibatkan dalam proses pengembangannya, akhirnya terdesak, baik secara ekonomi, budaya maupun lingkungan yang kalah dengan investor-investor yang kebanyakan adalah pendatang, sementara masyarakat sekitar tidak mendapatkan hasil dari pembangunan tersebut untuk penghidupan mereka. Secara perlahan tapi pasti, budaya lokal akan terkontaminasi untuk pemenuhan kebutuhan industri dan pasar semata.

Konsep Ecowisata
Pengembangan daerah daerah potensi wisata di Kalimantan Tengah sebagai daerah objek wisata alam (adventure) merupakan salah satu maksud dalam pencapaian tujuan pengelolaan kawasan wisata alam (adventure) sendiri merupakan suatu kegiatan pengelolaan yang dikembangkan pada kawasan pelestarian alam (salah satunya taman nasional). Secara umum kegiatan ekowisata didefinisikan sebagai kegiatan pengelolaan terbatas yang berupa kegiatan mengunjungi, melihat dan menikmati keindahan alam dalam kawasan. (UU KSDA No.5 tahun 1990). Dari waktu ke waktu pengertian ekowisata itu sendiri selalu berkembang, namun tetap pada hakekatnya bahwa ekowisata adalah bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap kelestarian areal yang masih alami dan memberi manfaat secara ekonomi dan mempertahankan keutuhan budaya bagi masyarakat setempat (fandeli ,et.al.2000). Berdasarkan definisi tersebut, diberi penegasan bahwa kegiatan ini bukan berorientasi bisnis belaka ,tetapi lebih di peruntukan kepada pengembangan masyarakat dan pengelolaan kawasan. Minimalisir gangguan terhadap keutuhan budaya masyarakat setempat juga dijadikan suatu pedoman penting dalam kegiatan ekowisata ini.

Eksedisi Gabungan Mapala Se-Indonesia

Mahasiswa sebagai unjung tombak dunia intelektual memiliki rasa tanggung jawab dalam mengisi pembanguanan terutama mengakui hak dan kedaulatan rakyat. Di era reformasai ini sudah saatnya masyarakat didahulukan hak-hak nya yang sudah lama tertindas di bawah rezim ORBA selama 32 tahun dimana hak- hak dan perekonomianya tidak dapat terpenuhi dan sebagai akibatnya , masyarakat yang menjaga tradisi dan alamnya tidak mendapat keuntungan secara adil ,sehingga memunculkan kecemburuan sosial dan dan keinginan untuk mengejar ketinggalan materialnya melalui pembukaan lahan hutan miliknya atau memanfaatkan sumber daya alam lainya secara emosional. Di lain pihak dunia usaha yang didukung kebijakan pemerintah menjadi tidak terkendali , sehinga kegiatan usahanya memasuki kantong-kantong sumberdaya keanekaragaman hayati yang ada di daerah tersebut. Berdasarkan pemikiran tersebut untuk membangun hak dan penguatan ekonomi masyarakat lokal , mahasiswa Palangkaraya yang tergabung dalam Kelompok Mahasiswa Daim “COMODO” Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Fakultas Ekonomi Universitas Palangkaraya ingin menyumbangakan sumbangsihnya dan pengabdian kepada masyarakat dengan pengetahuan dan pengalaman dalam konteks penelitian dan petualangan yang sejalan dengan kode etik pecinta alam untuk mempromosikan dan mengembangkan masyarakat sekitar lokasi kegiatan khususnya kepada sesama Mahasisawa Pecinta Alam Se-Indonesia dalam upaya mencari solusi dan pemberdayaan masyarakat khusunya di lima Kabupaten di Kalteng yang menjadi tujuan kegiatan. Adapun Objek ynag menjadi target kegiatan Ekspedisi Gabungan Mapala Se Indonesia pada tanggal 10-24 september 2003 yang di ketuai oleh Herry Mustafa adalah lima Kabupaten yang ada di Kalimantan Tengah yaitu :

1. Penelitian Suku Dayak Bawo (Barito Selatan )
Mempelajari keadaan sosial, budaya, demografis dan asal usul pemukiman, Mempelajari pola penggunaan lahan dan agroekosistem, Mempelajari pola pemanfaatan hutan dan kondisi hutan, Mendokumentasikan pengetahuan lokal, tradsisi religi dan hukum adat dan menggali potensi desa.

2. Arung Sungai (Kabupaten Murung Raya )
Mengarungi sungai dengan mengunakan perahu dan membuat jalur pengarungan dan menentukan Grade (tingkat kesulitan ) jeram sungai, Mendokumentasikan objek wisata yang belum terangkat, Menginventarisir daerah sepanjang sungai mengenai potensi desa yang ada dialiran sungai tersebut .

3. Panjat Tebing ( Kabupaten Kapuas)
Melakukan pemanjatan di Gunung Raung di tebing Ongkang, dengan mengunakan peralatan panjat tebing ( Free & Artifisial, Memperkenalkan dan mensosialisasikan panjat tebing di daerah sekitar, Menginventarisir dan mendokumentasikan tebing-tebing di Kab. Kapuas yang potensial di jadikan wisata petualangan (Adventure ).

4. Susur Pantai (Kab.Kotawaringain Barat )
Mendokumentasikan objek wisata pantai disepanjang pantai untuk pengembangan wisata yang berbasis pada masyarakat, Pengamatan karakteristik biota laut yang hidup di sepanjang pantai ( manggrove, terumbu karang, lamun.), Observasi sosial ekonomi masyarakat pesisir pantai.

5. Pendakian Gunung Bkt Raya 2278 .mdpl (Kab.Katingan )
Inventarisir flora dan fauna dan keragaman hayati, Mempromosikan potensi Bukit Raya sebagai pusat penelitian dan olah raga petualangan, Inventarisir fungsi hutan non kayu di daerah Bkt.Raya

6. Bakti Sosial
Sosialisasi dan interaksi mahasisawa pecinta alam dengan masyarakat Kampus, Pembuatan bak sampah dan pemasangan plang yang bertemakan lingkungan di sekitar kampus,

Keberadaan kami sebagai anak bangsa yang ingin memberikan dan turut menyumbangkan sedikit arti dari kemampuan dan pengetahuan bagi masyarakat di Kalimantan Tengah merupakan langkah awal dari sebuah perjalanan panjang,namun dalam menyambung langakah berikutnya tanpa dukungan dan bimbingan dari pengambil kebijakan tidak akan mencapai satu tujuan akhirnya masayarakat akan tetap elalu terpingirkan dan tidak akan pernah merasakan pembangunan .Seharusnya masayarak adalah bagian dari kebijakan terutama dalam mengelola sumber daya alamnya yang lestari.
Salam lestari

Penulis adalah Ketua Umum COMODO Mapala Fak.Ekonomi Unpar dan penaggung jawab Ekspedisi Gabungan Mapala Se- Indonesia.


No comments: